Di tengah kegalauan teman-teman seangkatan mendekati hari penentuan peminatan, mungkin yang ada di benakku saat itu tinggalah pemantapan diri. Menjadi seorang Epidemiolog memang sudah aku ikrarkan sejak semester 2.
“Kok mau sih masuk epid?”, “Epid kan anak-anaknya individualis, belajar terus, kutu buku!”. Pertanyaan dan pernyataan sejenis ini bukanlah hal yang mengejutkan untukku, bahasa ringannya sudah terlalu mainstream. Ya, momok semacam itulah yang masih melekat untuk para penghuni peminatan yang satu ini.
Aku sebenarnya tidak menepis bahwa pemikiran-pemikiran itu sempat menciutkan nyaliku. Jelas saja, aku bukanlah mahasiswi yang cukup pandai, aku tidak rajin, dan aku bukanlah seorang kutu buku. Sosok sempurna seorang mahasiswa epid sama sekali tidak melekat dalam diriku.
Aku ingin menjadi bagian dari peminatan mungkin bisa dibilang hanya bermodalkan nekat dan niat. Bagaimana tidak? Belum masuk saja sudah banyak omongan dan pertanyaan “kamu yakin?” yang terlalu membebaniku. Pertimbangan orangtua serta restu mereka juga menjadi bahan timangan sebelum benar-benar mengisi angket peminatan waktu itu. Persyaratannya pun waktu itu hanya melihat dari nilai Dasar Epidemiologi dengan minimal nilai B.
Proses seleksi peminatan di tahunku memang tidak serumit di tahun sebelumnya yang bisa sampai menggerakkan massa untuk meminta banding. Di tahunku, semua berjalan tenang dan adem ayem, namun tidak bisa dipungkiri tetap ada kendala dan masalah satu dua yang membelit beberapa mahasiswanya juga seperti angket hilang atau akademik yang salah entry data. Sepertinya masing-masing staf bagian peminatan yang ada di FKM Undip sudah mengadakan refleksi dari tahun ke tahun, jadi banyak peminatan yang menawarkan kuota lebih untuk mahasiswanya. Sebut saja bagian Epidtrop yang berani mengambil kuota fantastis dua kali lipat dari tahun sebelumnya dengan membuka kuota sebanyak 80 orang. Ya, jujur aku sempat syok melihat kuota sebanyak itu. Bingung antara harus merasa sedih atau senang mendengarnya. Aku bisa senang yang artinya peluangku untuk masuk bisa lebih besar, tapi di sisi lain aku juga tidak menginginkan kuota epid segemuk itu.
Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya tibalah waktu pengumuman yang paling ditunggu-tunggu para mahasiswa semester lima waktu itu. Ya, inilah aku, yang akhirnya resmi diterima menjadi keluarga Epidemiologi dan Penyakit Tropik 2015.
Seiiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa peminatan ini tidak seseseram kebanyakan orang pikirkan. Epid bagiku adalah sebuah taman bermain. Epid adalah tempat dimana aku menemukan rumah, tempat dimana tawa dengan mudahnya tercipta. Disini segala macam jenis manusia tersedia. Kata siapa epid hanya dihuni si kutu buku, kata siapa epid itu apatis, kata siapa epid itu individualis. Tidak, anggapan itu hampir sepenuhnya salah. Memang tidak bisa ditepis bahwa disini kita memang harus belajar lebih, kita harus terbiasa membaca jurnal, kita harus menghafal dengan susah payah ilmu setengah kedokteran yang rumit, dan kita pun harus terjun ke lapangan serta praktikum bahkan hingga ke luar kota. Tapi inilah tantangannya, bukan?
Bukankah tempaan yang berat membuat pribadi seseorang bisa menjadi lebih kuat? Itu lah yang selalu aku tanamkan selalu di dalam diriku. Yang paling berkesan di peminatan ini adalah bertemu dengan dosen-dosen yang luar biasa yang membuatku selalu merasa semakin bodoh karena tidak mengetahui apapun yang akhirnya memacuku untuk terus belajar lebih dan lebih.
Bagiku tidak harus pandai untuk menjadi seorang mahasiswa epid, asal kamu mencintai ilmunya apapun itu pasti akan terasa mudah. Semua yang dilandasi dengan cinta akan terasa lebih mudah, bukan?
a hidup anda hanya melakukan fitnah dan ghibah dimana2, saya jamin, saya pastikan, hidup anda tidak akan pernah tenang. apa anda hanya berstatus muslim di KTP saja?
BalasHapusiya mungkin gara2 dia anak epid makanya jd tukang gosip, tukang fitnah. ada gak anak epid yg hobinya gak gosipin atau fitnahin orang?
BalasHapusada yg sepemikiran juga ternyata komennya. cuman anjing doang yang pinter menggonggong ikut campur urusan orang lain :)
BalasHapus