Selasa, 08 April 2014

Jika Istrimu Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat




Sarjana Kesehatan Masyarakat mungkin masih terdengar asing di telingamu. Akulah seorang ahli kesehatan masyarakat. Wanita dengan bekal ilmu pengetahuan kesehatan paramedis yang berkompeten. Menjalani profesi ini juga bukan perkara mudah karena aku ada untuk mengawal dan menjaga masyarakat. Apakah kau bersedia menerima aku sebagai teman hidupmu dengan profesiku ini?

Jika kelak istrimu adalah seorang sarjana kesehatan masyarakat, mengertilah jika dia tidak akan secantik wanita lain. Mungkin laporan kejadian penyakit dan masalah kesehatan yang begitu kompleks mengharuskannya tidak bisa bisa tampil semenarik mungkin karena kewajiban besar membenahi masyarakat lebih penting daripada mempercantik diri sendiri. Namun, janganlah khawatir karena ia pasti akan menyambutmu dengan senyuman setiap kali kamu pulang dari tempatmu bekerja atau setiap kali ia bertemu denganmu dan anak-anak kalian. Karena di matanya kalian tetaplah sesuatu yang lebih berharga dibanding dengan pekerjaannya yang melelahkan itu.

Jika kelak istrimu pulang terlalu malam dengan muka yang terlalu lelah dan kusut. Mengertilah dan  peluklah ia. Mungkin dirinya terlalu lelah memberi penyuluhan ke desa tertinggal yang jauhnya beribu-ribu kilometer dari rumah kalian dan justru hasil kerja mulianya diabaikan begitu saja. Atau mungkin saja, ia terlalu lelah karena surveilans sebuah penyakit yang dia kerjakan begitu menyita banyak tenaganya hari ini. Pinjamkan pundak dan dada bidangmu untuk berikannya dukungan. Tahukah kamu? Itu lebih dari energi untuk bisa mengembalikkan senyum sahajanya untukmu, suaminya.

Sebagai seorang sarjana kesehatan masyakat, ia juga belajar banyak mengenai gizi. Jadi, maafkan kalau nantinya dia cerewet mengingatkanmu dan anak-anak kalian untuk makan-makanan yang yang bergizi dan janganlah bosan dengan perangainya ini. Tapi kalau sewaktu-waktu kamu merasa sedikit jengah, katakanlah. Mungkin sekali-kali kalian bisa mencoba melanggar peraturan yang dia buatkan khusus untukmu dan anak-anak kalian.

Jika istrimu seorang sarjana kesehatan, itu berarti kau baru saja menikahi seseorang yang kuat. Istrimu adalah salah satu pemecah masalah, dia sudah terbiasa berhadapan dengan masalah-masalah dan dia pecahkan dengan idenya. Dia wanita yang sudah terbiasa hidup mandiri, yang bisa menempatkan diri. Dia tetap wanita yang bisa berdandan jika merasa butuh, dia tetap Ingat Ibadah meski dia terlihat tidak ada waktu, dia yang masih bisa menjadi makmum dalam sholat-sholat mu, yang masih ada waktu untuk kamu dan anak-anakmu, dan  yang masih sempat membuatkan sarapan dan memasak untuk anak-anakmu.

Wahai engkau, yang nantinya menjadi seorang suami dari seorang sarjana kesehatan masyarakat. Bersediakah engkau untuk mengerti pekerjaan beratku sebagai seorang konsultan K3 di sebuah perusahaan besar di kota sana nantinya? Apa kau akan merasa khawatir dengan keselamatanku? Maafkan aku kalau nantinya rasa cemas itu selalu menghantuimu setiap saat. Memang itu lah risiko yang harus aku tanggung untuk melindungi para pekerja dari cidera akibat kecelakaan kerja. Tapi, kumohon tenanglah. Kau lebih mengenalku, bukan? Bagaimana aku bisa melindungi mereka apabila aku tidak bisa melindungi diri sendiri? Sebelum memastikan mereka baik-baik saja, aku pasti sudah lebih dulu menyatakan diriku baik-baik saja. Jadi, singkirkan prasangka burukmu perihal kondisiku. Aku lah yang sewajarnya bertanya tentang bagaimana kondisi pekerjaanmu hari ini setiap selepas kerja. Berceritalah. Walau pekerjaan berat seharian telah menyisakan sedikit tenagaku, mendengar ceritamu selalu bisa menjadi bagian terfavoritku setiap harinya.

Suamiku, banggakah engkau memiliki istri seorang sarjana kesehatan masyarakat? Seseorang yang memiliki tugas mulia untuk mengabdi dan bertanggungjawab terhadap kesehatan bangsa Indonesia. Sebesar apapun tanggungjawabku untuk masyarakat, kalian tidak akan tergeser satu senti pun dari skala prioritasku. Kalian tetap tanggungjawab pertamaku sebagai seorang istri dan ibu untuk suami dan anak-anakku kelak.

Suamiku, apa kau tahu? Alasan apa yang mendasariku untuk berkorban selama 4 tahun mendalami ilmu kesehatan masyarakat ini? Bukan untuk mendapat profesi seperti kebanyakan orang pikirkan untuk orientasi hidupnya melanjutkan kuliah. Bukan itu alasannya. Kau ingin tahu apa alasannya? Alasannya adalah aku ingin menjadi wanita yang cerdas untukmu dan anak-anak kita kelak, aku ingin anak kita kelak dilahirkan dari rahim seorang wanita yang berilmu. Disinilah aku mendapatkan semuanya.

Apa yang terpikir dibenakmu ketika mendengar profesiku ini, wahai suamiku? Inilah aku, istrimu yang harus bersedia selalu mengabdi kepada masyarakat. Sekali lagi jangan kau khawatir, aku tidak akan pernah akan melupakan kewajiban mutlakku padamu dan juga anak kita. Profesi memang menuntutku untuk terjun dan mempertaruhkan waktuku untuk masyarakat. Tapi, itu bukan alasan yang rasional untuk menanggalkan kalian, keluarga kecilku. Berbekal ilmu yang aku rengkuh selama mengenyam bangku universitas, aku akan merawat dan menjaga keluarga kecil kita menjadi lebih sehat dan bahagia.

Suamiku, dari sekian cerita yang tadi aku jelaskan tadi, pada akhirnya seorang sarjana kesehatan masyarakat ini tetaplah istrimu, seorang istri yang mempunyai kewajiban mutlak. Mengingatkanmu kepada hal-hal yang lebih besar, mengingatkanmu kepada cita-cita kita bersama. Mengingatkanmu kepada Allah, mengingatkanmu untuk membesarkan anak-anak kita  mencintai  Al-Quran, mengingatkanmu untuk bersama-bersama berjuang menuju Jannah-Nya.

Galuh Ajeng Pangestika
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 

18 komentar:

  1. Subhanallah...cayo SKM ..!!!
    Maju terus SKM ciptakan inovasi promotif serta preventif yg berkualitas untuk menuju masyarakat yang sehat, mandiri, dan peduli kesehatan

    BalasHapus
  2. subhanallah, begitu indahnya wanita seperti itu. maju selalu SKM :D

    BalasHapus
  3. Subhanallah. Terharu sekali mba'
    Semoga yang lain bisa ikut bangga menjadi seorang SKM, dan lelaki malah mencari istri seorang SKM. Hehe

    BalasHapus
  4. Subhanallah.. bangga menjadi SKM...

    BalasHapus
  5. Kerennn SKM.. note ini buat motivasi para mahasiswa dan alumni

    BalasHapus
  6. Kereeeen mba, boleh ijin share yaaaa 🙏😀😊😆 semangat terus SKM !!

    BalasHapus
  7. Izin share mbak 😊🙏🙏

    BalasHapus
  8. Bagus mbaa😍
    Jadi bangga aku sbg SKM

    BalasHapus
  9. Bagus mbaa😍
    Jadi bangga aku sbg SKM

    BalasHapus
  10. Masyaallah mbaaa. Baperrrr 😍😍😍

    BalasHapus
  11. Kerennn saya bangga sebagai SKM ❤

    BalasHapus