Larik-larik rindu yang menghias rintiknya saat kita berpayung berdua; di kota sana, suatu hari tanpa nama.
Sepayung membelah hujan.
Dalam magis lirih rintiknya yang menorehkan bahagia, juga luka.
Bersama!
Tawa-bahagia dan sedu-sedan tangis meramu satu.
Dalam hujan itu, tersimpan jejakmu.
Lewat riuh rintiknya aku mengadu dan mengaduh pilu.
Aku katakan pada hujan, kita masih satu.
Karena kamu telah memenangi hatiku, begitu juga aku.
Hujan boleh saja reda.
Tapi tidak dengan rinduku.
Kau telah merenggutnya tanpa sisa.
Dan kini, tinggallah kosong yang ada.
Dan tetaplah dalam hujan.
Karena di sana, aku terbiasa menari bersamamu.
Tak peduli kuyup semata yang kuterima, menuai semu di tebing ketakutan.
Aku tetap ingin menari dalam hujan itu.
0 komentar:
Posting Komentar