Percaya kah kau bagaimana sebuah perasaan bisa begitu mengubah
hidup seseorang menjadi begitu berbeda? Lihatlah aku. Maka tak butuh
sepersekian hitungan detik kau akan begitu takjub memahami apa yang aku rasakan
saat ini. Sebuah perasaan yang begitu mengubahku menjadi manusia yang berbeda. Manusia
berbeda yang bahkan mengajakku untuk berkenalan lagi. Hey, untuk apa aku
berkenalan dengan diriku sendiri? Jawabannya sederhana, karena aku tidak mengenalinya
lagi.
Percaya kah kau bagaimana sebuah perasaan bisa mengubah hidup
seseorang menjadi lebih indah? Atau bahkan menjadi lebih kelam? Bolehkah aku meminta
waktu senggangmu untuk melihat keadaanku sebentar? Apa aku terlihat bahagia
atau sebaliknya?
Percaya kah kau bagaimana perasaan bisa mengubah hidup seseorang
menjadi lebih rumit? Rumit merangkai harapan, rumit berspekulasi, rumit
membenarkan kesalahan, dan segala kerumitan lainnya yang mendera diri. Cinta memang tak selalu bisa membuat orang
berbunga-bunga. Banyak yang mengurung dirinya dalam pikirannya sendiri. Sibuk
berandai-andai, lalu patah hati. Sibuk berharap, lalu seolah-olah semuanya
menjadi gelap. Cinta tak selalu memberikan ketenangan, sebab tak semua mengerti
bagaimana menyikapi perasaannya sendiri.
Maka dari itu wahai kau yang dianugerahi hati yang bijaksana,
ajari aku untuk mengelola hati. Mengapa dengan mudahnya kau hadir dan
mengacak-acak perasaanku. Jujur aku torehkan, aku belum siap dengan semua
perasaan yang nantinya akan begitu mengubahku. Aku belum siap.
Tapi kendali apa yang kupunya? Dengan gamblangnya kamu hadir
dengan tatapan mata hitam puitismu yang memberi magis untukku larut akan
pekatnya.
Sebuah rasa dengan keegoisan luar biasa sedang menderaku. Keegoisan
yang membuatku menginginkanmu lebih. Inilah yang kutakutkan. Apa dengan
memiliki perasaan macam ini, lantas membenarkanku segala tindak untuk semakin
mendekat dengan jurang dosa? Ya Allah, aku masih belum siap.
Percaya kah kau bagaimana sebuah perasaan bisa mengubah hidup
seseorang? Mungkin nanti aku akan bercerita semua hal ini kepadamu. Bagaimana
hadirmu begitu mengubah hidupku saat nanti kau ikrarkan aku sebagai teman
hidupmu yang sahih. Mungkin nanti, pada waktunya kau akan menetawakanku. Atau sebaliknya,
kamu berbalik memelukku dan berkata, “Terima kasih, istriku. Aku akan mengubah
hidupmu menjadi lebih indah lagi, bukan denganku, tapi dengan kita.” Dan saat
itu, aku hanya bisa tertunduk takjim berdoa dalam hati serta meng-aminkan
doamu.
0 komentar:
Posting Komentar